Sikap Hamba Tuhan
”Seorang pelayan Tuhan tidak pantas bertengkar. Sebaliknya ia harus ramah terhadap semua orang, dan dapat mengajar dengan baik dan sabar. Bersikap lemah lembutlah terhadap orang-orang yang suka melawan.”
”Seorang pelayan Tuhan tidak pantas bertengkar. Sebaliknya ia harus ramah terhadap semua orang, dan dapat mengajar dengan baik dan sabar. Bersikap lemah lembutlah terhadap orang-orang yang suka melawan.”
Jauhilah kesenangan-kesenangan yang dapat menjebak orang-orang muda. Berusahalah melakukan yang benar. Setialah pada ajaran Allah untuk mengasihi sesama, dan hidup tenteram. Beribadahlah bersama orang-orang yang memiliki hati yang bersih.”
Allah mengenal orang-orang pilihan-Nya. Tak ada seorang pun yang dapat menggugatnya. Sejatinya itulah penghiburan sempurna. Dan setiap orang pilihan-Nya itu dipanggil untuk meninggalkan kejahatan.
Paulus dengan keras menolak ajaran gnostik. Memang orang percaya sudah memiliki hidup kekal, namun yang tidak boleh dilupakan Tuhan masih akan membangkitkan tubuh kita pada akhir zaman. Lagi pula, tubuh bukanlah sumber dosa, namun hati manusialah yang membawa tubuh ke dalam dosa.
Nasihat Paulus sebenarnya sederhana: supaya engkau layak di hadapan Allah. Kelayakan di sini tentu mencakup tak hanya lahir, juga batin.
Penderitaan hidup, kemiskinan, kejahatan manusia, dan masih banyak lagi, merupakan hal yang alami dalam hidup manusia. Itulah hidup. Kita tidak mungkin mengharapkan kesulitan hidup diambil dari dunia ini. Allah pun enggan.
Pesan Paulus kepada anak rohaninya untuk disampaikan kepada orang-orang yang Timotius percaya akan meneruskan berita Injil. Pesannya sederhana: jangan bersilat kata.
Paulus mengaitkan kesabaran dengan pemerintahan surga. Bagaimanapun, Allah memerintah dengan penuh kesabaran. Jika Allah tidak sabar, entah apa jadinya dunia ini.
Kebangkitan Sang Guru Agung itulah yang menjadi alasan kuat Paulus rela menderita. Sebab, ia tahu kesudahannya—juga akhir dari semua orang pilihan-Nya—adalah kemuliaan kekal dalam Kristus Yesus.
Paulus menugasi Timotius untuk tidak menikmati Injil itu sendirian, tetapi memercayakannya kepada orang lain agar mereka memercayakan Injil itu kepada orang lain lagi.