Saling
Paulus mengajak umat Allah untuk saling mengasihi. Hanya mengasihi—tanpa merasakan dikasihi—akan membuat seseorang kekeringan kasih. Sebaliknya pasti tak sehat karena dia cuma menjadi objek kasih.
Paulus mengajak umat Allah untuk saling mengasihi. Hanya mengasihi—tanpa merasakan dikasihi—akan membuat seseorang kekeringan kasih. Sebaliknya pasti tak sehat karena dia cuma menjadi objek kasih.
Kasih itu baik semata, murni, tanpa kesalahan. Sehingga, sifatnya menjauhi kejahatan. Dan menjauhi kejahatan berarti tidak netral, melainkan melakukan apa yang baik.
Jangalah merasa diri kalian lebih tinggi daripada orang lain, padahal kalian tidak demikian. Jika kalian mau memeriksa apakah kalian baik atau tidak, lakukanlah itu dengan rendah hati.
Paulus mengajak warga jemaat Roma, dan juga kita orang percaya abad ke-21 untuk hidup untuk Allah; dan itu berarti menyenangkan hati-Nya.
Minggu Palma mendorong kita untuk menjadi lebih lemah lembut, rendah hati, bersahaja seperti Kristus, juga keledai.
”Allah yang menciptakan segala sesuatu. Semuanya berasal dari Allah dan adalah untuk Allah. Terpujilah Allah untuk selama-lamanya! Amin.”
Paulus menyatakan sekali lagi bahwa Israel adalah kekasih Allah. Dan Paulus percaya bahwa pada akhirnya Israel pun akan mendapatkan kemurahan Allah.
Allah tidak menyayangkan cabang-cabang yang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan juga tunas liar. Intinya: warga jemaat di Roma harus terus mengingat kemurahan sekaligus tindakan keras Allah.
Paulus memahami bahwa salah satu kemuliaan pelayanannya adalah membuat bangsa Israel iri hati akan keberadaan bangsa-bangsa lain yang beroleh selamat, dan akhirnya diselamatkan.
Paulus langsung menjadikan dirinya sebagai contoh. Dengan lantang Rasul dari Tarsus itu menyatakan bahwa dirinya adalah keturunan Abraham dari suku Benyamin.