Benarlah Perkataan Ini
Paulus mengaitkan kesabaran dengan pemerintahan surga. Bagaimanapun, Allah memerintah dengan penuh kesabaran. Jika Allah tidak sabar, entah apa jadinya dunia ini.
Paulus mengaitkan kesabaran dengan pemerintahan surga. Bagaimanapun, Allah memerintah dengan penuh kesabaran. Jika Allah tidak sabar, entah apa jadinya dunia ini.
Kebangkitan Sang Guru Agung itulah yang menjadi alasan kuat Paulus rela menderita. Sebab, ia tahu kesudahannya—juga akhir dari semua orang pilihan-Nya—adalah kemuliaan kekal dalam Kristus Yesus.
Paulus menugasi Timotius untuk tidak menikmati Injil itu sendirian, tetapi memercayakannya kepada orang lain agar mereka memercayakan Injil itu kepada orang lain lagi.
Menjadi kuat karena memang tidak ada lagi alasan untuk takut pada apa pun atau siapa pun. Meski tergolong muda untuk menjadi pemimpin jemaat, Timotius diingatkan untuk tetap percaya diri.
Allah tidak membiarkan Paulus seorang diri. Memang banyak orang melupakannya karena takut mengambil risiko, namun ada seorang yang tetap menghiraukannya. Dan itu seharusnya menjadi kekuatan Paulus.
Dan kepada Timotius, juga orang Kristen lainnya, Allah menitipkan Kabar Baik—Harta yang Indah ini agar semakin banyak orang merasakan dan akhirnya mengakui pemerintahan Allah.
Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari aku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih di dalam Kristus Yesus.”
Paulus sengaja menyatakan dirinya sebagai rasul dan sebagai guru. Dan Allah sendiri yang mengangkatnya.
Memandang ringan hak kesulungan sejatinya menyepelakan Tuhan Sang Pemberi. Memandang sepele diri demi sesuap nasi sesungguhnya juga memandang sebelah mata kepada Tuhan—Sang Pemberi Hidup. Menyepelekan status diri tak beda dengan mengecilkan Tuhan—Sang Pemberi.
Situasi dan kondisi yang dihadapi Timotius, membuat Paulus menegaskan kepada Timotius dan warga jemaat yang dipimpinnya untuk tidak malu bersaksi berkenaan iman Kristen mereka.