Yanes dan Yambres
Paulus menyamakan pengajar-pengajar ajaran sesat dengan Yanes dan Yambres. Keduanya adalah ahli-ahli sihir yang diminta Firaun untuk menandingi Musa (Kel. 7:11).
Paulus menyamakan pengajar-pengajar ajaran sesat dengan Yanes dan Yambres. Keduanya adalah ahli-ahli sihir yang diminta Firaun untuk menandingi Musa (Kel. 7:11).
Sebagian dari orang-orang ini telah menyusup ke rumah-rumah dan memikat wanita-wanita lemah yang sering berbuat dosa dan dikuasai oleh keinginan-keinginannya.
Sabda-Mu Abadi | 28 Juli 2023 | 2Tim. 3:1-4 ”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak Read more…
”Seorang pelayan Tuhan tidak pantas bertengkar. Sebaliknya ia harus ramah terhadap semua orang, dan dapat mengajar dengan baik dan sabar. Bersikap lemah lembutlah terhadap orang-orang yang suka melawan.”
Jauhilah kesenangan-kesenangan yang dapat menjebak orang-orang muda. Berusahalah melakukan yang benar. Setialah pada ajaran Allah untuk mengasihi sesama, dan hidup tenteram. Beribadahlah bersama orang-orang yang memiliki hati yang bersih.”
Allah mengenal orang-orang pilihan-Nya. Tak ada seorang pun yang dapat menggugatnya. Sejatinya itulah penghiburan sempurna. Dan setiap orang pilihan-Nya itu dipanggil untuk meninggalkan kejahatan.
Paulus dengan keras menolak ajaran gnostik. Memang orang percaya sudah memiliki hidup kekal, namun yang tidak boleh dilupakan Tuhan masih akan membangkitkan tubuh kita pada akhir zaman. Lagi pula, tubuh bukanlah sumber dosa, namun hati manusialah yang membawa tubuh ke dalam dosa.
Pesan Paulus kepada anak rohaninya untuk disampaikan kepada orang-orang yang Timotius percaya akan meneruskan berita Injil. Pesannya sederhana: jangan bersilat kata.
Paulus mengaitkan kesabaran dengan pemerintahan surga. Bagaimanapun, Allah memerintah dengan penuh kesabaran. Jika Allah tidak sabar, entah apa jadinya dunia ini.
Kebangkitan Sang Guru Agung itulah yang menjadi alasan kuat Paulus rela menderita. Sebab, ia tahu kesudahannya—juga akhir dari semua orang pilihan-Nya—adalah kemuliaan kekal dalam Kristus Yesus.