Belajar Taat
Ketaatan adalah keniscayaan, khususnya dalam hubungan antarmanusia. Tanpa ketaatan yang ada hanyalah kekacauan semata.
Ketaatan adalah keniscayaan, khususnya dalam hubungan antarmanusia. Tanpa ketaatan yang ada hanyalah kekacauan semata.
Paulus hendak mengingatkan warga jemaat di Efesus—juga setiap orang yang membaca suratnya pada masa kini—bahwa mereka adalah ciptaan Allah. Alasan Paulus menyatakan semuanya ini adalah karena manusia cenderung alpa dengan kenyataan bahwa mereka itu ciptaan Allah. Segala persoalan dunia ini, jika kita telusuri bersumber pada kenyataan bahwa manusia sering lupa bahwa mereka hanya ciptaan.
Kangen. Mungkin perasaan itulah yang menguasai Yesus kala pergi ke Yerusalem. Bagi orang Israel, Yerusalem bukan sembarang kota. Yerusalem berbeda dengan kota-kota lain karena Bait Allah terletak di sana. Kalau kita perhatikan mazmur-mazmur, maka banyak sekali mazmur ziarah yang dinyanyikan orang Israel sewaktu mengunjungi Yerusalem.
”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Bagaimanakah perasaan Saudara saat mendengar kalimat ini? Keras bukan? Mungkin ada di antara kita yang merasa tak enak hati sendiri, merinding, karena tahu bahwa kalimat ini tidak ditujukan kepada Iblis, tetapi kepada Simon Petrus, salah seorang murid kesayangan.
”Sesungguhnya Aku membuat perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersamamu: segala burung, ternak dan binatang liar yang bersamamu, yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Aku menetapkan perjanjian-Ku dengan kamu bahwa sejak ini segala makhluk tidak akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” (Kej. 9:9-11).
Saat merayakan Rabu Abu, 14 Februari 2024, kita diingatkan bahwa kita memang abu. Manusia adalah debu tanah yang karena perkenan Allah enjadi makhluk mulia. Dari bobotnya saja, dibanding kerikil pun, abu tak seberapa. Apalagi jika dibanding gunung.
Pada Minggu Transfigurasi ini marilah kita sungguh-sungguh bertanya, ”Apakah kita telah memuliakan Allah?”
Yesus Orang Nazaret memang tidak sedang piknik. Ia memberitakan Kerajaan Allah baik dengan kata maupun karya. Dengan kata lain, Yesus Orang Nazaret adalah Pribadi yang Sibuk. Tetapi, tentu saja tidak sibuk dengan urusan-Nya sendiri, tetapi sibuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Seorang murid harus siap belajar. Seorang murid harus siap menerima segala. Keterbukaan merupakan prinsip utama seorang murid.
Kemunculan Yesus tidaklah tiba-tiba. Ia hadir dalam situasi dan kondisi tertentu. Ada latar belakangnya, yakni ditangkapnya Yohanes Pembaptis. Kata ”sesudah” yang dipakai Markus menyiratkan bahwa Yesus melanjutkan pekerjaan anak Zakharia itu.