Taurat Musa
Setelah menulis ulang hukum-hukum Allah dalam Taurat Musa, Yosua membacakan apa yang dituliskannya itu kepada seluruh umat Israel, termasuk perempuan, anak, dan orang asing.
Setelah menulis ulang hukum-hukum Allah dalam Taurat Musa, Yosua membacakan apa yang dituliskannya itu kepada seluruh umat Israel, termasuk perempuan, anak, dan orang asing.
Peristiwa Ai tampaknya sungguh memberikan pelajaran yang berharga bahwa kehendak Allah harus dijalani umat-Nya.
Strategi Yosua berhasil. Bukan karena kepandaian mengatur rencana, terutama karena mereka menjalankan kehendak Allah dengan cara Allah.
Akhan sendiri mengakui bahwa dia merasa sayang jika jubah buatan Sinear itu dimusnahkan. Sehingga dia menyimpannya. Sedangkan emas dan perak, yang sejatinya masuk dalam perbendaharaan TUHAN, malah dicuri oleh Akhan.
Peperangan Israel sejatinya adalah peperangan Allah sendiri. Karena itu, harus dilakukan dengan cara Allah. Memohon bantuan Allah, tetapi tidak dengan cara Allah, sesungguhnya absurd belaka.
Kepemimpinan Yosua tak bisa dinafikan begitu saja. Bangsa yang tegar tengkuk—dan sering bersifat angin-anginan itu—perlu dipimpin oleh pemimpin yang kuat.
Sumpah Yosua ini mungkin sedikit membingungkan kita. Namun, sepertinya Allah hendak memperlihatkan kepada umat Israel betapa mengerikannya hukuman Ilahi itu.
Keberanian Rahab itu muncul dari kepercayaannya bahwa Allah Israel lebih berkuasa dari dewa yang disembahnya. Dan kepercayaan semacam itu pastilah juga meneguhkan umat Israel.
Ketika semua orang bersorak pada saat yang sama tembok pun roboh. Kuncinya ada pada kesatuan waktu. Dan itu hanya mungkin ketika seluruh bangsa Israel taat pada skenario Allah.
Apa pun itu, yang pasti Allah adalah Pribadi yang Menyertai. Perhatikan ungkapan Panglima Balatentara TUHAN: ”Aku di sini sekarang.” Ada dimensi ruang dan waktu.