Kabar
Mereka juga takut kalau-kalau Allah murka, dan akhirnya mereka pun ikut kena imbas dari murka Allah itu. Bak pepatah: seorang makan cempedak, yang lain kena getahnya.
Mereka juga takut kalau-kalau Allah murka, dan akhirnya mereka pun ikut kena imbas dari murka Allah itu. Bak pepatah: seorang makan cempedak, yang lain kena getahnya.
Kami percaya bahwa Bacaan Sehat, Iman Kuat; yang pada gilirannya menolong pembaca menghidupi imannya.
Apakah yang ada di benak Barak ketika Debora menyuruhnya untuk memimpin sepuluh ribu bani Naftali dan Zebulon melawan Sisera? Mungkin satu kata ini: gentar. Sisera bukan sembarang panglima. Dia memiliki 900 kereta besi. Entah berapa jumlah tentaranya. Sedangkan Barak, agaknya tak punya sebuah kereta besi pun (Hak. 4:1-3).
Rasa gentar itu pulalah yang membuat Barak dengan terus terang berkata kepada Debora, ”Jika engkau ikut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak ikut maju aku pun tidak maju” (Hak. 4:8). Rasa takut itu wajar. Yang tak wajar adalah ketika orang begitu dikuasai ketakutan sehingga lupa potensi diri.
Yosua menegaskan betapa pentingnya bagi orang-orang yang pulang ke negerinya untuk membagi-bagikan apa yang mereka dapatkan. Mereka tidak boleh serakah.
Di mata Yosua dua setengah itu tetap setia pada janjinya. Mereka tidak meninggalkan saudara sebangsa mereka berjuang sendirian.
Gereja-gereja tertentu bisa mengalami sungguh-sungguh terluka oleh adanya konflik di antara anggota-anggotanya. Orang tidak mau lagi ke gereja, mereka meninggalkan gereja. Akan tetapi, dengan meninggalkan gereja yang berantakan dan perpecah-pecah itu mereka akhirnya lebih menderita kesepian dibanding sebelumnya dan sering merasa mereka berjalan tanpa Yesus lagi.
TUHAN menepati setiap janji-Nya kepada umat Israel; tidak satu pun yang tidak ditepati-Nya.
Allah sungguh memahami kebutuhan rohani dari orang Israel. Kebutuhan rohani itu bukan kebutuhan sekunder, apalagi tersier.
Allah tampaknya mengizinkan hal itu terjadi agar setiap orang bisa belajar melihat sebuah peristiwa dari sudut pandang Allah yang bermuara pada tindakan pengampunan.
Pemimpin memang harus makan terakhir. Ia harus mendahulukan kepentingan orang yang dipimpinnya. Inilah pola kepemimpinan umat Allah.