Surat Kepala Pasukan
Kepala pasukan menyerahkan persoalan itu kepada Feliks Sang Gubernur Roma, tanpa disadarinya, dia makin mendekatkan Paulus pada tujuan Allah sendiri—Kota Roma.
Kepala pasukan menyerahkan persoalan itu kepada Feliks Sang Gubernur Roma, tanpa disadarinya, dia makin mendekatkan Paulus pada tujuan Allah sendiri—Kota Roma.
Empat puluh orang bersepakat bersumpah tidak akan makan dan minum sebelum Paulus mati. Mereka menganggap bahwa tindakan mereka benar di mata Allah. Keempat puluh orang itu mengajak imam kepala dan pemimpin Yahudi untuk mendorong Mahkamah Agama memanggil ulang Paulus.
Di hadapan Mahkamah Agama, Paulus menyatakan dirinya selaku manusia merdeka. Ia tidak merasa perlu menunduk di hadapan Mahkamah Agama. Sembari menatap anggota Mahkamah Agama, dia menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah di hadapan Allah.
Pengakuan Paulus sebagai warga negara membuat kepala pasukan menjadi lebih menghargai Paulus. Paulus paham akan haknya sebagai warga negara. Dan pemahaman itu membuatnya bebas dari penyiksaan yang tak perlu.
Meninggalkan Yerusalem tak perlu diartikan sebagai lari dari Yerusalem, tetapi di utus ke tempat lain. Sebab Injil juga dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain.
Allah sendiri telah menetapkan Paulus untuk melihat Yang Benar dan mendengar firman dari mulut-Nya. Yang dimaksudkan dengan ”Yang benar” di sini adalah Yesus Orang Nazaret.
”Tuhan, apa yang harus kuperbuat?” Ini jugalah pertanyaan yang mesti kita serukan agar visi-Nya menjadi nyata di bumi ini melalui kita.
Suara dalam cahaya itu langsung menuduh dia melakukan penganiayaan. Tentu saja sebagai Yahudi taat, Paulus merasa tidak melakukan tindakan kejahatan. Sehingga dia merasa perlu menanyakan identitas suara tersebut. Hasilnya sungguh tak terduga: Itulah suara Yesus Orang Nazaret.
Paulus hendak menyatakan bahwa jika dia berubah menjadi seorang Kristen, itu merupakan hal yang tak terelakkan baginya. Dia sendiri tak mungkin menolaknya. Bahkan meyakininya sebagai anugerah.
Dengan bahasa Ibrani yang digunakan, Paulus agaknya hendak memberikan kesan bahwa dia bukanlah orang luar. Ia sama dengan orang banyak itu.