Insan-insan Merdeka
Hanya orang merdekalah yang mampu membebaskan orang lain. Bagaimana mungkin orang membebaskan orang lain, jika dia sendiri belum merasa merdeka.
Hanya orang merdekalah yang mampu membebaskan orang lain. Bagaimana mungkin orang membebaskan orang lain, jika dia sendiri belum merasa merdeka.
merdeka berarti bebas dari sikap dan perilaku negatif. Dan itulah yang dilakukan Yusuf. Dia menaati perintah ayahnya. Dan menaati perintah merupakan wujud nyata kasih terhadap yang memberi perintah.
Belas kasihan Allah. Itulah yang diperlihatkan Yesus Orang Nazaret. Dan belas kasihan Allah itu jugalah yang hendak ditularkan kepada para murid-Nya untuk bertindak magis. Magis (dibaca mahgis) adalah istilah Latin berarti lebih, yang diperkenalkan Ignatius de Loyola. Para murid mengusulkan untuk menyuruh orang banyak itu pulang agar bisa cari makan masing-masing, tetapi Sang Guru berkata, ”Kamu Harus memberi mereka makan.” Pada titik ini Yesus mengajak para murid untuk memperjuangkan berkat bagi orang lain.
Ia memilih menjual seluruh miliknya untuk membeli ladang tersebut. Dan semuanya itu dilakukan karena sukacitanya. Sukacita menjadi alasan kuat bagi dia untuk mengambil keputusan yang sulit. Karena dia paham, harta yang terpendam itu lebih berharga ketimbang semua harta milikinya.
Penderitaan hidup, kemiskinan, kejahatan manusia, dan masih banyak lagi, merupakan hal yang alami dalam hidup manusia. Itulah hidup. Kita tidak mungkin mengharapkan kesulitan hidup diambil dari dunia ini. Allah pun enggan.
Memandang ringan hak kesulungan sejatinya menyepelakan Tuhan Sang Pemberi. Memandang sepele diri demi sesuap nasi sesungguhnya juga memandang sebelah mata kepada Tuhan—Sang Pemberi Hidup. Menyepelekan status diri tak beda dengan mengecilkan Tuhan—Sang Pemberi.
Yesus memberikan kuk. Kuk biasanya ditaruh di atas pundak sapi agar mampu bekerja sesuai perintah tuannya. Dan kuk yang baik ialah kuk yang tidak mencekik leher sapi. Namun, kuk yang membuat sapi dapat bekerja tanpa merasa sakit. Kuk merupakan kiasan untuk perintah Yesus. Perintah Yesus menyenangkan karena memang demi kehidupan—dan bukan demi kematian—manusia.
Allah meminta Abraham melepaskan keduanya—masa lalu dan masa depan—dan berpegang teguh kepada Allah saja. Dan Abraham menyambut permintaan Allah itu karena dia sungguh-sungguh memahami siapa dirinya di hadapan Allah.
Allah memedulikan para murid, sebagaimana Allah peduli terhadap hidup burung pipit. Umat Allah tak perlu khawatir karena Allah akan setia memelihara. Itulah modal terbesar umat Allah di dunia ini.
Kita seharusnya tidak cukup puas menjadi orang yang dilayani dan diperhatikan Allah. Kita harus menjadi pihak yang melayani dan memperhatikan sesama. Kita dipanggil untuk memperhatikan orang lain pula, khususnya mereka yang tidak mampu memperhatikan dirinya sendiri.