Maksud
Dimaksudkan untuk membuktikan kemurnian imanmu, yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana,
Dimaksudkan untuk membuktikan kemurnian imanmu, yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana,
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Pujian kepada Allah, menjadi keniscayaan. Tak memuji Allah, yang dikenal dalam Yesus Kristus, malah aneh.
Sabda-Mu Abadi | 30 Januari 2024 | 1Ptr. 1:1b-2 ”Kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia, yaitu mereka yang terpilih sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya anugerah dan damai sejahtera Read more…
Paulus pun disebut rasul karena diutus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi.
Ketika Musa keluar mindernya—bagaimanapun dia seorang buronan—Allah dengan tegas berkata, ”Aku akan menyertai engkau! Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: Apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini” (Kel. 3:12). Perhatikan bahwa tanda yang diberikan bukanlah tanda yang sudah ada, tetapi tanda yang masih akan terjadi. Dan persoalan besarnya adalah apakah Musa percaya!
”Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku”. Kalimat ini menyiratkan bahwa Yesus—Allah yang menjadi manusia itu—adalah Pribadi yang berjanji. Ada kata akan dipakai di sana. Artinya, belum terjadi. Yesus—Allah yang menjadi manusia itu—memang gemar mengikatkan diri-Nya pada sebuah janji.
Kita adalah milik Allah. Alasan inilah yang semestinya membuat kita berseru bersama Daud: ”Bernyanyilah bagi Allah, bermazmur bagi nama-Nya, tinggikanlah Dia yang mengendarai awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!” (Mzm. 68:5). Ya, beria-rialah di hadapan-Nya!
Jika hati kita kotor, kotor pulalah mulut kita. Mata pun jadi suka melihat yang kotor-kotor dan kaki pun melangkahkan diri ke tempat yang kotor. Dan akhirnya seluruh badan jadi kotor seluruhnya.
Hingga akhir hidupnya, Stefanus setia. Sebagaimana Sang Guru, diaken itu berusaha menjaga kualitas hidupnya hingga akhir. Ia adalah salah satu batu hidup, yang digunakan untuk pembangunan rumah rohani di surga. Nama Stefanus sendiri berarti mahkota. Kehidupan dan kematiannya membuat dia beroleh mahkota kehidupan. Sebab ia telah memelihara iman.