Menjadi Gembala
Paskah mengubah segalanya. Kebangkitan Yesus menransformasi para murid. Itu terlihat dalam diri Petrus saat memberi pertanggungjawaban atas tindakannya. Ia tidak gentar menghadapi sidang mahkamah agama.
Paskah mengubah segalanya. Kebangkitan Yesus menransformasi para murid. Itu terlihat dalam diri Petrus saat memberi pertanggungjawaban atas tindakannya. Ia tidak gentar menghadapi sidang mahkamah agama.
Mendengarkan khotbah Petrus di Bait Allah—sebagaimana catatan Lukas dalam kisah Para Rasul—mungkin membuat kita heran. Sebab, Petrus mengalami transformasi.
”Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh. 20:25). Demikianlah kabar yang disampaikan para murid kepada Tomas. Mereka semua telah melihat Yesus yang bangkit. Kebangkitan itu bukan isapan Jempol.
Pada waktu malam menjelang ditangkap, Yesus makan bersama dengan dua belas murid. ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kata-Nya: ”Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19).
”Sesungguhnya, inilah Allah kita. Kita menanti-nantikan Dia, dan Ia telah menyelamatkan kita. supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita atas pertolongan-Nya!” (Yes. 25:9).
Para murid tidak melakukan tindakan apa pun. Lukas mencatat: ”Pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat (Luk. 23:56a). Yang dimaksudkan dengan mereka di sini adalah para perempuan yang datang bersama Yesus dari Galilea, yang ikut serta menguburkan jazad Sang Guru. Ya, kerinduan untuk merawat tubuh Yesus secara layak terjeda oleh Sabat.
Marilah kita layangkan mata hati kita pada peristiwa di Kamis Putih itu! Apakah makna di balik peristiwa itu? Cara sederhana untuk melihat makna di balik peristiwa adalah melihat konteks peristiwa itu.
Bak pemimpin politik, Yesus masuk Yerusalem. Orang-orang, yang mendengar bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, berhamburan keluar. Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: ”Hosana! Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Mrk. 11:9).
Ketaatan adalah keniscayaan, khususnya dalam hubungan antarmanusia. Tanpa ketaatan yang ada hanyalah kekacauan semata.