Adven III: Saksi yang Bersaksi
”Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes” (Yoh. 1:6). Yohanes adalah utusan Allah. Bicara soal utus-mengutus, yang mengutus pasti lebih tinggi dan penting kedudukannya ketimbang yang diutus.
”Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes” (Yoh. 1:6). Yohanes adalah utusan Allah. Bicara soal utus-mengutus, yang mengutus pasti lebih tinggi dan penting kedudukannya ketimbang yang diutus.
Mengekang lidah menjadi penting karena perkataan yang telah keluar dari mulut kita mustahil ditarik lagi.
Sabda-Mu Abadi | 15 Desember 2023 | Yak. 1:25 ”Namun, siapa yang meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan bertekun di dalamnya, bukan hanya mendengar lalu melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Yakobus menggunakan istilah ”hukum yang sempurna”. Kesempurnaan hukum terletak pada yang menciptakannya, Read more…
Sabda-Mu Abadi | 14 Desember 2023 | Yak. 1:23-24 ”Sebab, jika seseorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia seumpama seseorang yang sedang memandang mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Ia memandang dirinya lalu pergi dan segera lupa bagaimana rupanya.” Yakobus memahami firman Allah sebagai cermin. Dan dalam cermin Read more…
Aneh rasanya jika manusia, yang menabalkan dirinya hamba Allah, ternyata tidak melakukan kehendak Allah.
Ada yang dibuang dan ada yang diterima. Tidak ada kekosongan. Sebab, kekosongan hanya akan memberi ruang bagi yang sudah dibuang itu muncul kembali.
Ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.
Janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, turun dari Bapa.
”Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk. 1:1) Demikianlah prolog Injil Markus. Berbeda dengan penginjil lain—yang langsung bicara soal Yesus—Markus menceritakan tentang pribadi lain. Orang itu adalah Yohanes Pembaptis.
Namun, tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa.