Manna dan Burung Puyuh
Sikap sabar inilah yang perlu kita tularkan kepada generasi muda kita. Semua ada waktunya. Semua ada prosesnya. Dan di atas semuanya itu, Allah telah merancangkan semuanya demi kebaikan ciptaan-Nya.
Sikap sabar inilah yang perlu kita tularkan kepada generasi muda kita. Semua ada waktunya. Semua ada prosesnya. Dan di atas semuanya itu, Allah telah merancangkan semuanya demi kebaikan ciptaan-Nya.
”Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia.” (Mrk. 5:21). Demikianlah catatan penulis Injil Markus. Yesus, Sang Guru dari Nazaret, sedang naik daun. Di mana dan kapan pun Ia menjadi pusat perhatian.
Ketetapan Allah sederhana, dengan empat kata kerja: mendengarkan, melakukan, memasang, mengikuti. Artinya: mengutamakan Allah lebih dari yang lainnya.
Nasib Israel di tepi Laut Teberau itu bak telur di ujung tanduk. Di depan Laut Teberau di belakang Firaun dan bala tentaranya. Pada titik ini memang hanya Allah yang sanggup menyelamatkan. Ya, Allahlah penguasa alam semesta.
Secara keseluruhan, peristiwa itu tidak hanya memperlihatkan hukuman, namun kenyataan bahwa TUHAN, Allah Israel, Mahakuasa. Inilah intinya.
Merdeka tidaklah berarti bebas melakukan apa saja. Dalam kisah kemerdekaan Israel jelaslah bahwa kemerdekaan berarti pula menaati perintah Allah tanpa syarat. Itu merupakan tindakan yang logis.
Allah berjalan di depan umat-Nya. Israel adalah bangsa baru yang belum punya pengalaman sama sekali sebagai bangsa. Dan karena itu, Allah menuntun mereka.
Semua telah ditebus oleh Allah. Dan karena itu, panggilan setiap Kristen—arti harfiah pengikut Kristus—untuk hidup dalam penebusan.
Allah mengasihi segala bangsa. Israel dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa lain. Agar bangsa-bangsa lain itu—yang turut merasakan berkat Allah itu.
”Mengapa kamu ketakutan? Belumkah kamu percaya?” (Mrk. 4:40). Ya, mengapa para murid begitu takut dan tidak percaya?