Pelayanan oleh Waktu
Rasanya waktu semakin hari semakin mengancam dan menjadi musuh besar kita. Dalam masyarakat kita tampaknya waktu lebih memperbudak daripada uang.
Rasanya waktu semakin hari semakin mengancam dan menjadi musuh besar kita. Dalam masyarakat kita tampaknya waktu lebih memperbudak daripada uang.
Kalau kita semakin jelas melihat kemuliaan Bapa melalui Putra-Nya, kita akan mengalami bahwa ciptaan tidak akan mengganggu kita.
Banyak orang masih mempunyai kesan bahwa doa kontemplatif adalah sesuatu yang sangat istimewa, sangat tinggi atau sangat sulit dan tidak cocok bagi orang-orang yang mempunyai pekerjaan biasa dan masalah-masalah biasa.
Ketika Yesus dibaptis, ada suara yang berkata kepada-Nya, ”Engkaulah yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk. 1:11). Suara inilah yang harus kita dengar juga karena Yesus datang untuk memberi tahu kita bahwa kita sama dikasihi-Nya seperti Dia.
Pada waktu malam menjelang ditangkap, Yesus makan bersama dengan dua belas murid. ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kata-Nya: ”Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19).
Sebuah peringatan yang berpuncak pada bukit Golgota, ketika tubuh Sang Penebus disalib menjadi penebus dosa.
Dalam hidup sehari-hari, kita dihadapkan pada pilihan ingin menjadi relevan atau memilih bertaut pada pengenalan akan cinta pertama Allah.
Banjir bisa dipakai Allah untuk membangunkan dan memenuhi kebutuhan yang paling dalam yang ada di hati orang, yaitu kebutuhan untuk dicintai tanpa batas dan untuk menjadi kreatif serta berbela rasa dalam mencintai orang lain.
Tidakkah panggilan untuk membantu mengatasi konflik adalah kebutuhan yang relevan?